Minggu, 07 Agustus 2011

Menghargai Waktu Kerja

“Waktu adalah uang”, kata pepatah jadul. James Gwee pernah mengatakan adanya 4 jenis orang jika dikaitkan dengan waktu dan uang (pekerjaan).
1. Orang yang punya banyak waktu tetapi tidak punya uang. Mereka itu adalah pengangguran.
2. Orang yang tidak punya waktu, tetapi juga tidak punya uang. Mereka adalah kelompok pekerja kasar, tukang, buruh;
3. Orang yang tidak punya waktu, tetapi punya uang; Mereka adalah para eksekutif, professional, pegawai, karyawan, pekerja keras.
4. Orang yang punya banyak waktu dan punya banyak uang. Mereka inilah orang yang kaya raya, yang sudah sejahtera hidupnya.
Untuk mendapatkan uang, tentu saja kita harus bekerja. Nah sekarang, bagi teman-teman yang bekerja di kantor, atau perusahaan, berapa jam Anda bekerja dalam sehari? Rumus tradisional yang berlaku di mana-mana adalah 8 jam dalam sehari atau 40 jam dalam seminggu. Kenyataannya, mungkin tanpa disadari ada kecenderungan bahwa kita berada di tempat kerja lebih lama dari itu, 9 bahkan sampai 10 jam. Bagi teman-teman yang bekerja sendiri di rumah, dalam mengatur sendiri berapa lama jam kerja yang dimanfaatkannya.
Jika kita bekerja lebih dari 8 jam sehari, apakah itu berarti kita lebih rajin dari yang kita duga? Sebelum menyimpulkan, baiklah kita simak sejenak sebuah survei yang dilakukan oleh Microsoft, atas 1000 orang karyawan di Inggris. Kesimpulannya, rata-rata jam kerja adalah pukul 08.37 hingga 17.37 atau 9 jam sehari.
Selanjutnya, 50% responden mengatakan bahwa berada di kantor lebih awal dan pulang lebih lambat.
Itu terjadi karena mereka merasa bisa lebih produktif melakukan pekerjaannya ketika kantor berada dalam kondisi tidak sibuk.
Namun, mengaitkan kecenderungan menghabiskan waktu di kantor lebih lama dengan hasrat ingin lebih sukses, rupanya tidak ada kesesuaian di lapangan, sebab meskipun banyak karyawan yang berada di kantor lebih lama, bisa dipastikan bahwa kebanyakan tidak benar-benar memanfaatkan waktunya untuk bekerja.
Penelitian tersebut menemukan informasi yang agak mengejutkan, yaitu: sekitar 180 menit dalam sehari akan lewat begitu saja tanpa ada sesuatu yang produktif dilakukan oleh responden. Yang paling banyak dilakukan adalah surfing di internet, yang rata-rata menyita waktu 60 menit. Sedangkan merapikan dokumen dan mengutak-atik komputer bisa menghabiskan waktu 46 menit.
Hal lain yang banyak dilakukan di kantor adalah bergosip, menelpon teman-teman, minum teh dan pergi ke toilet yang kesemuanya menyita waktu 35 menit.
Pakar Psikologi dan Kesehatan Organisasi di Universitas Lancaster, Prof. Carry Cooper mengatakan bahwa, ”Dampak banyaknya selingan yang dilakukan di kantor-kantor modern, mengakibatkan pikiran menjadi terpecah-pecah. Akan lebih baik bila karyawan meluangkan waktunya untuk mempelajari aneka tips yang mendukung pekerjaan”.
Nah, itu kan di Inggris. Bagaimana di sini? Bijaksana kalau kita menjawab bahwa kebetulan Microsoft belum melakukan penelitian. Namun andaikata dilakukan penelitian yang sama, rasanya kita sudah dapat membayangkan kesimpulannya, walaupun masih hipotesis.
Oleh sebab itu, mari kita melakukan pendekatan terbalik atas pernyataan Prof. Carry Cooper. Maksudnya, mari kita fokuskan pikiran untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan orientasi hasil kinerja (key result area) atau sasaran kerja yang sudah kita tetapkan.
Pada saat melakukan tugas, mari kita kembangkan semangat perbaikan terus-menerus. Bukannya menyederhanakan masalah, namun rasanya pendekatan itu dapat menghindarkan kita dari pikiran yang terpecah-pecah, yang akhirnya menghasilkan in-efisiensi atau kontraproduktif. Hentikan kondisi tidak efisien sebelum Anda dihentikannya! Ini bukan sembarang peringatan, sebab logikanya memang demikian.
Yang harus kita lakukan saat ini adalah; mengoptimalkan waktu kerja, sehingga menjadi lebih efisien dan efektif. Itu yang disebut produktif, dan begitulah cara menghargai waktu kerja.
Selamat menghargai waktu kerja!

0 komentar:

Posting Komentar